Tuna merupakan ikan ekonomis penting yang
ada di daerah PPSNZJ, ada dua jenis tuna yang diolah disini yaitu madidihang
(Thunnus albacores) dan tuna mata besar (Thunnus obesus).Madidihang memiliki
bentuk tubuh lebih ramping dan memiliki sirip dorsal yang lebih panjang
dibanding tuna mata besar.
Dari hasil wawancara, daerah penangkapan
tuna adalah di bagian utara sumatera, berada pada perairan dingin di sekitar
pulau Christmas, Australia. Tuna ditangkap menggunakan rawai tuna atau tuna
longline. Satu tuna longline biasanya mengoperasikan 1000-2000 mata pancing
untuk sekali turun. Setelah ditangkap, ikan lalu disortir. Penyortiran
dilakukan untuk meminimalisir bakteri pengurai sehingga ikan tidak cepat busuk.
Jenis penyortiran di atas
kapal adalah sebagai berikut:
1. Headless (HDD)
Yaitu perlakuan ikan segar dengan cara
memotong kepala dan pangkal ekor. Contoh ikan yang mendapat perlakuan tersebut
adalah meka, marlin, dan layaran.
2. Gillnes (GTT)
Yaitu perlakuan ikan segar dengan memotong
seluruh bagian sirip dan membuang isi perut. Contoh: tuna
3. Whole (WHO)
Yaitu perlakuan ikan segar dengan
membiarkan seluruh tubuh tetap utuh. Contoh: cakalang, skipjack, dan tenggiri.
Setelah disortir, tuna langsung dimasukkan
ke dalam palka. Ada dua tipe pendinginan pada palka yaitu pendinginan
menggunakan es curah dan pendinginan menggunakan freezer. Pendinginan menggunakan freezer
lebih baik dibanding es curah. Hal ini dikarenakan suhu pada freezer dapat
diatur. Suhu palka dipertahankan di bawah 5oC untuk mencegah kadar histamin
naik.
Penanganan di Pelabuhan
Pada saat tiba di pelabuhan, suhu palka di
cek untuk memastikan suhunya masih di bawah 5oC. Setelah di check, penutup
seperti tenda di pasang dari kapal ke tempat pendaratan tuna (TPT) untuk
menghindari tuna terkena sinar matahari pada saat pemindahan. Sinar matahari
dapat menaikkan histamine pada tuna.
Histamin adalah racun yang terdapat pada
seafood yang dapat terjadinya keracunan Histamin Fish Poisoning (HFP). Walaupun
tidak secara menyeluruh tetapi histamine ini ditemukan pada keluarga Scombridae
dan Scombresocidae yang meliputi tuna dan mackerel. Hal ini dikarenakan
kedua jenis ikan ini memiliki
tingkat asam amino histidin yang tinggi pada dagingnya yang secara alami
mengalami perubahan dari histidin menjadi histamine akibat adanya aktivitas
bakteri (Mahendra, 2005).
Histamin di dalam daging diproduksi oleh
enzim yang menyebabkan dan meningkatkan pemecahan histidin melalui proses
dekarboksilaksi (pemotongan gugus karbon) (Chetfel et.al dalam Mahendra, 2005).
Ikan tuna segar pada dasarnya tidak mengandung histamine dalam dagingnya,
tetapi setelah mengalami proses pembusukan atau dekomposisi, daging ikan ini
mengandung histamine.
Pembentukan histamine pada setiap spesies
berbeda tergantung pada kandungan histidinnya, tipe dan banyaknya bakteri yang
mengkontaminasi, serta suhu pasca panen yang menunjang pertumbuhan dan reaksi
mikroba (Pan dalam Mahendra, 2005).
Setelah ikan mati, sistem pertahan tubuhnya tidak bias lagi melindungi dari serangan bakteri, bakteri pembentuk histamine mulai tumbuh dan memproduksi enzim dekarboksilase yang akan menyerang histidin dan asam amino bebas lainnya pada daging ikan.
Setelah ikan mati, sistem pertahan tubuhnya tidak bias lagi melindungi dari serangan bakteri, bakteri pembentuk histamine mulai tumbuh dan memproduksi enzim dekarboksilase yang akan menyerang histidin dan asam amino bebas lainnya pada daging ikan.
Enzim ini mengubah histidin dan asam amino
bebas lainnya menjadi histamine yang memiliki karakter yang lebih bersifat
alkali. Histamin terbentuk pada suhu sekitar 20°C. Segera setelah ikan mati,
pembekuan merupakan cara mencegah Scombrotoxin. Menurut Taylor (2002), Histamin
tidak akan terbentuk bila ikan selalu disimpan dibawah suhu 5°C.
Histamin dapat dihambat dengan
cara menurunkan suhu pada daging ikan sehingga suhu optimal yang dibutuhkan
untuk terjadinya perubahan histidin menjadi histamine tidak tercapai, hal ini
harus dilakukan sebelum histamine itu sendiri terbentuk karena histamine
bersifat stabil pada suhu 20°C (Bremmer et.al.,2003). Sehingga untuk mencegah
kadar histamine terbentuk, pada saat bekerja untuk memindahkan tuna, saya
melakukannya secepat mungkin kedalam TPT menggunakan slider untuk mencegah paparan sinar matahari dan udara bebas terlalu lama.
Penerimaan di TPT
Tempat penerimaan tuna untuk dikemas
dinamakan Tempat Pendaratan Tuna (TPT). Dari hasil pengamatan, tuna yang sudah
masuk TPT kemudian diuji secara organoleptik untuk memperkirakan mutu bahan
baku, ukuran dan jenis bahan baku yang sesuai.
Tujuan dari uji organoleptik adalah mendapatkan bahan baku yang memenuhi persyaratan mutu dan terhindar dari kontaminasi bakteri patogen serta bebas dari mata pancing.
Tujuan dari uji organoleptik adalah mendapatkan bahan baku yang memenuhi persyaratan mutu dan terhindar dari kontaminasi bakteri patogen serta bebas dari mata pancing.
Tuna segar yang diterima pada unit
pengolahan ditangani secara cepat, cermat dan bersih serta suhu pusat ikan
dipertahankan maksimal 4,4°C. Pemeriksaan terhadap mata pancing dilakukan
terhadap setiap ikan dengan membuka insang dan mulut. Pemerikasaan organoleptik
dilakukan oleh orang yang berpengalaman karena membutuhkan keterampilan khusus
dan pengalaman bertahun-tahun untuk membedakan kualitas tuna untuk ekspor.
Pencucian I
Setelah diuji organoleptik selanjutnya
ikan tuna dibersihkan dari kotoran. Tujuannya untuk mencegah kontaminasi
bakteri. Pencucian dilakukan dengan cara mengusap bagian tubuh ikan dengan air
dingin. Pengusapan dilakukan searah dengan susunan sisik mulai dari kepala
sampai ekor. Proses dilakukan dengan cepat, cermat dan saniter serta suhu pusat
ikan dipertahankan maksimal 4,4°C.
Pemotongan Sirip
Pemotongan sirip dilakukan untuk
menghindari kemunduran mutu, kontaminasi bakteri patogen, dan kemudahan dalam
proses pengemasan. Sirip ikan dipotong secara manual dari arah ekor ke kepala.
Pemotongan dilakukan secara cepat, cermat dan saniter sehingga tidak
menyebabkan pencemaran pada tahap berikutnya dengan suhu pusat ikan maksimal
4,4°C.
Sortasi Mutu
Berdasarkan hasil pengamatan, sortasi mutu
dilakukan untuk mengecek kualitas daging tuna menggunakan checker (alat
berbentuk besi panjang yang dapat mengambil irisan daging tuna) pada bagian
belakang sirip pectoral dan pangkal ekor, bagian ini merupakan daerah yang
tidak diperlukan di restoran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan QC,
kriteria penentuan kualitas daging tuna umumnya meliputi komponen dibawah ini:
- Tekstur daging, tuna yang baik memiliki daging
yang berserat dan tidak lembek saat dipegang.
- Warna, tuna yang baik memiliki daging berwarna
merah dan mata yang bening.
- Kandungan minyak, tuna yang baik memiliki
kandungan minyak.
Grade pada tuna diinisialkan dari yang
kualitasnya bagus hingga yang buruk berturut-turut yaitu AAF, AA, AF, F, A ,
dan B+ untuk tujuan ekspor dan B untuk pasar lokal. Inisial dalam penentuan
grade berbeda untuk beberapa perusahaan.
Pencucian II
Pencucian dilakukan kembali untuk
memastikan kotoran dan kontaminasi bakteri telah hilang. Pencucian dilakukan
dengan cara mengusap pada bagian tubuh ikan dengan air dingin. Pengusapan
dilakukan searah dengan susunan sisik mulai dari kepala sampai ekor.
Proses dilakukan dengan cepat, cermat dan
saniter serta suhu pusat ikan dipertahankan maksimal 4,4°C. Selain bagian luar,
bagian dalam tuna juga perlu dibersihkan seperti isi perut, daging di tulang
pipi; sirip dorsal, ventral, dan caudal; dan darah untuk menghindari
pembusukan.
Menurut Omura dalam Mahendra (2005),
Bakteri pembentuk histamine lebih banyak terdapat pada insang dan isi perut.
Kemungkinan besar insang dan isi perut merupakan sumber bakteri ini karena
jaringan otot ikan segar biasanya bebas dari mikroorganisme. Untuk ekspor ke
Amerika sama seperti ekspor ke Negara lain hanya ditambahkan bagian kepala juga
dipotong.
Alat yang digunakan pada penanganan tuna harus
sesuai dengan SNI 01-2693.3-2006 yaitu Semua peralatan dan perlengkapan yang
digunakan dalam penanganan tuna segar untuk sashimi mempunyai permukaan yang
halus dan rata, tidak mengelupas, tidak berkarat, tidak merupakan sumber
cemaran jasad renik, tidak retak dan mudah dibersihkan. Semua peralatan dalam
keadaan bersih, sebelum, selama dan sesudah digunakan.
Penimbangan
Penimbangan dilakukan untuk mendapatkan
berat tunayang sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Ikan ditimbang satu
persatumenggunakan timbangan yang telah dikalibrasi.
Pengusapan (swabbing)
Pengusapan dilakukan untuk membersihkan
kotoran dan mencegah kontaminasi bakteri. Pengusapan dilakukan dengan cara
mengusap pada bagian tubuh ikan memakai spons yang sudah direndam dengan air
dingin. Pengusapan dilakukan searah dengan susunan sisik mulai dari kepala
sampai ekor. Proses dilakukan dengan cepat, cermat dan saniter.
Pengepakan dan Pelabelan
Proses pengemasan sangat penting karena
berpengaruh pada kualitas tuna selama diperjalanan. Jika pengemasan tidak baik
maka kualitas dari daging tuna akan berubah saat sampai di Negara tujuan
ekspor. Tujuan ekspor dari perusahaan pengolahan tuna segar adalah Jepang,
Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Hal yang perlu dipersiapkan untuk
pengemasan adalah box karton ukuran 120 x 50 x 40 cm, plastik bening, kertas
stereoform, dan biang es. Pertama-tama box disiapkan lalu diberi dua buah
plastik ukuran 2 x 1,5 m dan satu kertas steoroform ukuran 1,5 x 1,5 m di dalamnya.
Kemudian tuna dimasukkan kedalam box tersebut.
Tuna yang dimasukkan biasanya berjumlah
2-3 ekor dalam satu box. Untuk mencegah pembusukan selama perjalanan, biang es
di masukkan ke bagian dalam kepala tuna dan di sekitar tubuh tuna. Setelah itu
di bungkus dengan plastik tadi. Untuk mencegah es menyublim, plastik tersebut
di ikat menggunakan selotip. Selanjutnya box tersebut ditutup dan diberi label.
Label pada tuna tertulis no kapal, berat ikan, jenis ikan, dan grade. Sedangkan
label pada kardus adalah tujuan pengiriman, nama pengirim, nama penerima, berat
tuna di kemasan, dan grade. Lalu kardus tersebut diikat menggunakan tali
plastik dan diberi selotip di kedua ujungnya untuk mencegah udara masuk.
Terakhir dimasukkan ke dalam mobil box dan siap di ekspor.
Jenis penyortiran tuna di TPT tergantung
dari Negara tujuan ekspor, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Jepang; Perlakuan tuna yang akan dikirim ke
Jepang meliputi pembersiha isi perut dan pemotongan sirip kaudal.
- Uni Eropa; Perlakuan tuna yang akan dikirim ke
Uni Eropa meliputi pembersihan isi perut, pemotongan sirip kaudal, dan
pemotongan sirip ekor.
- Amerika Serikat; Perlakuan tuna yang akan dikirim
ke Amerika Serikat meliputi pembersihan isi perut, pemotongan sirip
kaudal, pemotongan sirip ekor, dan pemotongan kepala.
Penyimpanan Dingin
Untuk Tuna yang masih menunggu waktu untuk
dipasarkan maka dilakukan penampungan dalam ruang pendingin atau dengan es
kering dan tetap
mempertahankan suhu pusat tuna maksimal 4,4°C.
mempertahankan suhu pusat tuna maksimal 4,4°C.
- SAKU
- STEAK
- CUBES
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD2KkGWkqzWP2jIKhIS-5IaNkTdmQ571yeluOZ02aDZiRVEORnG9SsPcxBw1Gf4FOGLNelWcbggUncPoURyRipVB8YRtTcAVSjIdRb6hNFa4tNmoTiz_ZkQ9qhyphenhyphen71IxqtF5XfgP_4ntl-P/s320/Foto1621.jpg)
- STRIPS
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXb6iJ1cpQICqqP4mXLFfLZuWQCKq3UAU02oNGxjGiITCwT7v2B3YVJLGzbknGJaW4OfBZ1wG5Az3RhnhgR7CxUHeQ8UrZUSm79aIvp_9RfLL93v70moWyWrGmM8BI1TFw-qiHEVTAx5kt/s320/Foto1622.jpg)
- GROUND MEAT
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiP0bEngi-McZtMp05SwT3rkSJcncMYzYlJ7neo6NGgg-0_c4OEpGsqlbJp1JqLgZ0MB89eZPt-mmU-h88ryqJot-dcYkKPfw7ptN336gDr9EB1JzMEWpPbz3TEgL6ClR_xEdHU-34f6zEq/s320/Foto1640.jpg)
. TOBICO
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEis3FDF9TdKe6r9nQM27FZSIrhngRDNYYXeEridfAMIUYl72t-DghYjAdziXLBQdMnaHn54YdRkjEx1_z6CHKyK4gMlBwlk3ej4dcBw_9a3NzNmoF7hdxfOYeYWGskjbVrzNYYArjG4uy8c/s320/Foto1140.jpg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8eJNCp_ZtK619M7kc1-SesZVp8GkHOP-h6dWZN_kKQgu23kg4vwk2nTsMz3Cs-xlbG9lOIZk-4CqymNwHdGco2hPFwhWv9_d9WJwuUeopyTT5oOZ9YmEhzxVw-y6eaR1ZiGer0h-xArK_/s320/Foto1625.jpg)